
Aku rasakan dingin malam ini
Malam yang pekat seperti kopi hitamku
Duduk bersandar pada bambu kuning penyusun lincak
Aku ingin memantulkan imaji setinggi-tingginya soal rumahku
Waktu kecilku, tak pernah rumahku menjadi akuarium untuk ikan-ikan liar
Sekarang, tiap hujan datang, ikan tak lupa jalan rumahku
Kata ayahku, ayah tak kuasa membendung eskavator yang mengepung lahan hijaunya
Bermodalkan sabda raja lima tahunan, ribuan pepohonan tumbang menyisakan tangisan
Sejak saat itu,
Oksigen dekat rumahku bertempur dengan karbon demi menyambut hidung penduduk
Bising roda tak henti menggetarkan gendang telinga
Ada yang suka dengan datangnya hujan
Tapi tentu bukan aku
Hujan setengah jam, mata kakiku akan terendam
Ah, aku ingin menikmati malam bercengkrama dengan alam
Namun, hanya gedung dan bangunan yang ada di depanku
Kututup cangkir kopiku, juga kelopak mataku
Penggubah: Ahmad Hafiz Imaddudien
*) Pegiat Literasi. Tinggal di Gemolong